. A piece of Candy: Juni 2011

Laman

Senin, 27 Juni 2011

Cerpen - Taruhan (Part 2)

..... 
Ternyata Demian adalah teman les Anty. Ia anak yang baik dan kocak. Ia juga tampan dan keren. Kami pun cepat akrab dan banyak bercanda.                                                                                  Setelah puas ngobrol, aku dan Demian pergi ke toko buku. Kami menghabiskan banyak waktu bersama di sana. Ternyata, Demian juga menyukai buku sama sepertiku. Bersama Demian sampai pukul 6 sore sungguh tak terasa. Karena sudah malam dan Anty tidak juga datang, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang. Setelah bertukaran nomor telepon, Demian pun mengantarkanku pulang.

0000

Sejak saat itu aku sering bertemu dengan Demian. Tak beberapa lama, aku sudah berpacaran dengannya.Saat bertemu dengan Anty di sekolah. Aku agak ragu memberitahu Anty mengenai Demian. Tapi, kurasa Anty harus tahu.
“Ty, thx ya. Gw jadian sama Demian.” bisikku saat duduk di sebelah Anty.
“Masa? Selamat ya! Kok thx sih?” tanyanya penuh semangat. Headset yang dikenakan di telinga kanannya pun dilepaskan.
“ Ya, gara-gara lo kan gw bisa kenal sama Demian. Dan gara-gara lo juga gw bakal menang lawan Sica.” jelasku singkat. Tapi sepertinya Anty tidak puas dengan jawabanku.
“Lexa, lo masih mau jadiin Demian buat taruhan lo sama Sica?” tanyanya tak percaya.
“Ya iya lah. Kenapa gak? Yaudah deh, gw ke depan dulu ya. Bye!” sela ku. Anty kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.
0000
Hari ini hari terakhir taruhanku, sesuai perjanjian aku akan bertemu dengan Sica di taman sekolah membawa pacar kami masing-masing. Aku sangat percaya diri, karena aku tidak mungkin kalah. Sedangkan Sica belum tentu sudah memiliki pacar. Aku pun pergi ke taman bersama Anty dan Anggi. Di sana telah ada Sica bersama Deby dan Anta, sahabatnya.
“Mana cowok lo?” tanyaku pada Sica. Sica hanya senyum-senyum licik.
“Lagi di jalan. Cowok lo sendiri mana? Gak punya ya?” sentaknya sambil memainkan rambutnya.
“Cowok gw bentar lagi juga datang kok.” beberku tak mau kalah.
“Wehh. Masa sih? Kayaknya itu cowok bayangan lo deh.”
“Maksud lo?” bentakku.
“Kita lihat aja cowok siapa yang lebih keren. Siapin mental aja minta maaf dan jadi pembantu gw, harus sportif ya.” Sica menutup pembicaraan sambil mengibaskan rambutnya.

0000

Tak beberapa lama, dari kejauhan kulihat Demian datang dengan motornya. Hatiku gembira bukan kepalang. Demian tampil stylist dengan kemeja ungu muda dan dasi hitam. Tak sabar aku menunggunya, aku pun memanggilnya. Motor Demian pun semakin mendekat.
“Demian!” Aku dan Sica berbicara bersamaan. Kami sontak bertukar pandang. Aku menatap sinis dirinya.
“Ngapain lo?” Kami kembali berbicara serempak. Kami saling bertukar pandang jijik lagi. Ia menjauh beberapa langkah dari tempatnya berdiri.
“Dia tuh cowok gw, jangan sok kenal deh lo.” jelasku penuh rasa bangga.
“Cowok lo? Mimpi ya? Demian tuh cowok gw tau.” balas Sica. Ia lalu mendorongku terjatuh ke tanah. Merasa tak terima, akupun mendorongnya. Aku menarik rambutnya seperti ia menjambak rambutku juga.
“Cowok gw.” jeritku.
“Cowok gw.” jerit Sica tak mau kalah.
“Stop!!!” perintah Anty. Anty, Anggi, Deby, dan Anta. Mereka  pun berusaha memisahkan kami. Demian yang sudah sampai juga sibuk memisahkan kami.
Akhirnya kami dijauhkan. Namun, naluriku masih ingin menjambak rambutnya.
“Demian. Apa maksudnya ini?” Sica mengomel, ingin memegang tangan Demian. Demian hanya terdiam.
“Demian?” tanyaku menekankan.
“Demian itu emang pacar kalian berdua.” jelas Deby, yang dibarengi anggukan kepala Anty, Anggi, dan Anta.
“Apa  maksud lo?”  ucapku kesal.
"Kok kalian ngangguk bareng?” Sica melepas tangan Demian. Ia mendengus kesal juga.
“Asal lo tahu, Demian itu gay, gak suka sama cewek. Gw suruh dia buat pura-pura jadi pacar lo berdua.” tutur Anty.
“Lo gila ya, Ty? Ngomong apa sih?” Aku langsung menghampiri Anty.
“Serius. Kita  semua sepakat buat ngerjain ini. Kalian itu sebenarnya cocok banget jadi temen bukan saingan. Gak cape apa bersaing mulu?” Anty menjelaskan dengan nada bijaksananya.
“Bullshit! Apa-apaan nih? Demian?” Sica menarik Demian.
“Terserah mau percaya atau gak. Lo berdua gak ngerasa cara kalian bisa kenalan sama Demian aneh.” ujar Anty. Sontak aku dan Sica terdiam. Mengingat aku kenal Demian karena Anty.
“Semua yang diomongin mereka bener, gw emang gay. Gw pura-pura jadi pacar lo berdua.” Akhirnya Demian buka suara.
“Dem, lo gak mungkin bener kan?” Air mataku nyaris jatuh mengetahui yang sebenarnya. Demian terdiam. “Maaf” lanjutnya singkat.
“Kenapa? Kenapa” Sica pun seperti hampir menangis, tak percaya dapat dibohongi seperti ini.
"Maaf." ucap Demian lagi.
  “Kalian berdua tuh sama-sama sombong. Selalu merasa hebat dan bersaing satu sama lain. Kita tuh sayang sama kalian, kita gak mau kalian kayak gini terus. Kita tuh cuma pengen lo sadar, lo berdua emang sama-sama hebat. Tapi sekarang terbukti sehebat-hebatnya orang pasti ada yang lebih hebat lagi. Buktinya, sekarang kalian bisa dibohongi sama Demian kan.                                                              Dan mau tahu kenapa? Ini tuh karena kalian gak mikir pakai akal sehat. Kalian semua sama-sama terobsesi buat jadi pemenang dari taruhan ini kan, gak mikir panjang.” beber Deby. Aku dan Sica tertunduk. Aku malu untuk mengakui bahwa memang betul itulah yang kurasakan.
“Kita tuh bukannya jahat sama kalian berdua. Kita tuh cuma pengen lo pada akur, jadi temen deket. Lo berdua itu sama-sama baik, cuma terlalu jaga gengsi masing-masing aja. Saingan itu gak bakal pernah habis.” Anggi pun ikut menjelaskan. Kurasakan mukaku panas, seperti ada api yang membaranya.
“Sekarang kita mohon, kalian berdua jabat tangan ya.” Anggi mengambil inisiatif.
Anggi pun menarik tanganku dan tangan Sica. Entah mengapa, aku merasa sangat tersentuh. Perlahan, aku pun mengulurkan tanganku. Tak kusangka, Sica pun mengulurkan tangannya. Kami pun bergandengan.
“Sory ya, Xa.” Sica berbisik kepadaku.
“Harusnya gw yang bilang itu. Sory ya, Ca.” balasku juga. Kami pun tertawa dan berpelukkan. Saat itu yang dapat kudenger hanya tepuk tangan riuh.
“Nah, gitu dong. Selamat ya, lo berdua menang. Gw salut sama lo berdua.” teriak Anggi diikuti jeritan riuh yang lain.
“Ciyeee.. Yang udah baikkan.” ejek Damian. Mendengar ejekkan Damian, aku pun berbisik ke telinga Sica. Sica pun tersenyum mendengarnya.
“Satu, dua..” Aku menghitung. Pada hitungan ketiga, kami berlari mengejar Demian. Demian tentu saja berlari sekuat tenaganya menjauhi kami. "Ampun.."
Anty, Anggi, Deby dan Anta hanya tertawa..

E.N.D
But Not The End

Sabtu, 25 Juni 2011

Cerpen - Taruhan (Part 1)

“Gak usah belagu deh lo! Apa sih hebatnya lo? Muka rata gitu!” seruku lantang. Saat itu di kelas sedang ramai, dan perkelahian kami tentu saja menarik banyak perhatian. Banyak mata menatap kami. Tapi aku tak ragu lagi. Sica harus diberi pelajaran.
“Sorry, apa kata lo? Rata? Situ oke? Tolong ya, obat muka gw aja lebih mahal dari muka lo.” Sica balas mengejekku. Bila dapat kugambarkan, wajahnya saat itu semerah tomat. Bukannya karena malu, tapi kurasa ia pasti sangatlah marah. Sebenarnya muka Sica itu tidak rata, cantik malah. Namun, dia adalah sainganku. Tidak mungkin kan aku mengatakan yang sebenarnya.  Dalam segala hal, aku selalu berseberangan dengannya, mulai dari nilai pelajaran di sekolah, mencari  popularitas di sekolah, sampai saingan dalam hal berdagang. Persaingan kami sebenarnya dimulai dari pertempuran merebut pelanggan, kebetulan rumahnya ada di depan rumahku, kami sama-sama berdagang. Aku menjual baju dan ia menjual tas. Sejak saat itu, kami selalu bersaing.
“Maksud lo muka gw murah gitu? Ngaca, muka palsu gitu, obat semua juga!” sengitku. Aku tak mau kalah.
“Hey, please deh ya. Gak usah katro lo!” Sica tambah sewot. Aku ingin sekali membalas, tapi sayang Pak Genus keburu datang dan memisahkan kami.
“Kalian itu apa-apaan sih? Udah berantem berapa kali coba? Uda gede kok masih kayak anak kecil sih sikapnya.” ujar Pak Genus lembut. Aku dan Sica hanya diam, namun mata kami saling bertatap-tatapan. “Sebagai hukumannya, sekarang kalian bersihin wc!” Pak Genus melanjutkan perkataanya. Aku dan Sica pun terpaksa mengerjakan hukuman itu karena Pak Genus mengawasi kami. Namun, ketika Pak Genus meninggalkan kami di WC, pertempuran pun terjadi.
“ Lexa, awas lo ya!” ancam Sica. Aku hanya mememandangnya sekilas.
“Apa? Lo mau apain gw? Ha? Cewek kayak lo emang bisa apa sih?” ejekku. Sica kelihatan marah mendengar ucapanku.
“Setidaknya gw sering pacaran. Gak kayak lo!” balasnya. Ia kelihatan bangga mengucapkan itu. Sunggingan senyumnya itu membuatku muak.
“Bangga gitu sering pacaran? Please deh ya, hari gini.” ucapku.
“Bangga lah ya. Emang lo bisa? Lo aja belum tentu bisa.” balasnya lagi.
“Maksud lo? Mau taruhan sama gw?” tantangku tanpa rasa takut. Tapi, jauh di dalam, sejujurnya hatiku sedikit takut juga.
“Oke, taruhan apa?” Sica tampak sangat tertarik dengan pertarungan ini. Mungkin ia merasa ia pasti dapat memenangkannya.
“Taruhin siapa yang bisa dapetin cowok duluan dalam sebulan!” usulku. Aku sendiri kaget mengapa aku bisa mengeluarkan kata-kata itu. Rasanya seperti bukan aku yang mengatakannya.
“Oke. Tapi harus ada imbalannya dong buat yang menang!” ujar Sica. Aku pun langsung menyetujuinya.
“Siapa takut! Mau imbalan apa lo?"
“Gimana kalau yang kalah harus jadi pembantu yang menang selama sebulan dan minta maaf sama yang menang di depan semua orang?” tantangnya.
“Oke. Deal.” tuturku lantang.
“Deal. Sportif ya, gak ada curang.” Pesan Sica. Aku pun mengangguk. Kami buru-buru menyelesaikan tugas kami masing-masing. Setelah itu kami meninggalkan WC tanpa saling berbicara satu sama lain.

0000

“Alexa Candreline Fenestasia, lo gila ya? Lo masih mau taruhan sama Sica?” teriak Anty, sahabatku saat aku bercerita tentang taruhanku dengan Sica. Raut mukanya terlihat tak percaya ketika ia mengatakan itu.
“Ya, habis mau gimana. Dia duluan yang mulai. Kalau gw gak kayak gini, bakal belagu banget dia.” bela ku. Aku tahu reaksi Anty akan seperti ini, ia cenderung anak yang tidak pernah mencari masalah.
“Lo bisa gak sih sekali aja gak berantem sama Sica? Apa susahnya sih berteman gitu.”  keluhnya. Mukanya ditekuk sedemikian lupa.
“Dia yang nyolot. Gw gak mungkin diam aja dong, Ty.” seruku sambil menyunggingkan senyuman. Anty hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikapku. Sebagai sahabatku, ia pasti sudah tahu tabiatku. Ketika aku memutuskan sesuatu, berarti aku sudah siap menghadapi semua resikonya.
“Oke lah. Sekarang lo mau sama siapa?” tantang Anty. Aku berpikir sejenak. Akupun menggelengkan kepala.
“Noh kan. Kalau gak kita bayar orang aja buat pura-pura gitu.” usul Anty. Ia terlihat begitu yakin saat mengatakannya.
“Gak. Gw mau ini fair, gak main belakang gitu. Gw yakin, Sica pasti pikirannya sama kayak gw.” ujarku sambil merapikan dasi seragamku ini. “Uda deh lo tenang aja ya. Oke?” sambungku.
“Terserah lo aja deh, Xa.” jawab Anty sekenanya.

0000

Hari ini hari Minggu, sekaligus hari kedua setelah aku melakukan taruhan dengan Sica. Desiran angin melambai-lambai di sekitar jendela kamarku, membawa ranah sejuk di sekitar. Alunan ringtone HP ku tiba-tiba berdering membangunkanku dari tidurku. Kulirik HP ku sekilas, telepon dari Anty.
 “Xa, ke mall yuk. Sama Anggi.” ajak Anty hari itu. Aku pun menyetujuinya.
“Hm. Oke. Jam berapa?” tanyaku.
“Jam 1 an jah. Jangan telat. Ntar ketemuan di mall biasa ya.” Anty pun menutup teleponnya. Aku pun   bergegas mandi dan mengerjakan semua tugasku sebelum pergi nanti.

0000

Sesampainya di mall, aku menuju ke kafe Anelia, tempat biasa aku nongkrong dengan Anty dan yang lain. Lokasinya di pojokkan mall, jadi tidak terlalu berisik. Di jamku sekarang sudah tertera pukul 12.50, namun sosok Anty dan yang lain belum juga tampak. Aku menelepon ke nomor mereka berkali-kali tapi tidak diangkat juga.  Akhirnya aku memutuskan untuk langsung memesan minumanku. Namun, bukan minuman yang datang, sesosok cowok malah datang menghampiriku. Aku tak tahu siapa dia, namun tiba-tiba ia sudah duduk di depanku.
“Hey, Lexa ya?” sapanya sopan. Aku ingin sekali memakinya saat itu, namun sosok di depanku ini membuatku tak bisa bicara. Wajahnya tampan, bak artis, matanya biru, rambutnya yang cukup panjang dibiarkan terurai sebahu, ia juga tinggi dan putih.
“Iya, siapa ya? Lo kenal gw?” tanyaku. Ia pun tersenyum kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kenalin, gw Demian.” Ia mengulurkan tangannya. Aku pun menyambut uluran tangannya.
“Gw Lexa. Lo tahu gw dari mana? tanyaku lagi. Aku tak ingat pernah bertemu ia sebelumnya.
“Gw disuruh Anty kesini.” jelas Demian.
“Oh?” Aku masih bertanya-tanya di dalam hati. Tiba-tiba HP ku berdering tanda ada SMS yang masuk. Aku pun segera membuka inbox pesanku.
                      Lexa, lo ama Demian dulu ya, gw sama Anggi ada urusan bentar.
                                                                                                           from : Anty  
Segera aku menekan nomor telepon Anty, namun tak ada yang mengangkat. Nomor Anggi juga sama, nadanya sibuk terus. Putus asa, akhirnya kumasukkan kembali HP ku.
“Bentar lagi mereka datang kok.” jelas Demian hangat.
“Lo kok bisa disini?” sela ku penasaran.
“Tadi kata Anty mau ketemuan disini. Tapi, tiba-tiba tuh anak bilang ada urusan bentar, suruh gw temuin lo disini. Daripada garing, gw kesini juga aja deh. Boleh kan?” tanyanya sambil tersenyum. Demian terlihat baik dan sopan, jadi kuiyakan saja. Ia pun memesan minumannya juga.

.....................................................................
                                                                                    to be continue..
                                                                                                                  

Kamis, 23 Juni 2011

Translate sweet sorrow (In Ho Jin)-she's mine

Akhirnya..
Berhubung koneksi internet yang sangat-sangat membuat nyeri dan makan ati  ini, makanya baru sekarang bisa ngepost deh.. hehe.. Itu pun gak bisa post foto. ckck
Ini lagu ost marry me, marry. Nih lagu cocoknya yang nyanyi cowok bukannya cewek, tapi aku suka. Ada banyak lagu di drama ini yang enak, tapi aku post satu ini aja deh.
Gak tahu kenapa ya, lagu ini pas dinyanyiin tuh dalemmm deh rasanya. Yang nyanyi tuh kayaknya bisa menghayati lagunya banget, kalo kita dengerin sambil tau artinya. Suka sama cara nyanyi In Ho Jin deh.
Lagi suka banget sama nih lagu. Uda didenger berkali-kali, tapi gak bosen". wkwk.
recommendation buat kamu yang baca.   ^^

      Romanization

Ttan saramhago
Chakgakhan geot gatayo
Jeoraneun sarameun marijyo
Geuri joheun namjan aninde

Geunyeoneun jeongmal
Nuni bushin yeojajyo
Na gateun namjahagoneun
Jeonhyeo an eoullineun
Jeongmal joheun yeojande

Jeoeui geunyeoneun
Jeoreul neomu saranghamnida
Jeoeui geunyeoneun
Jega gajang meotjidago hamnida

Manhi yakhago
Da eoseolpeuge saraon nareul
Wae geuri johahago
Akkyeojuneunji moreumnida

Jeol bol ttaemada
Hwanhi useojumnida
Na yeokshi useoya haneunde
Geujeo meonghani baraman bomnida

Geunyeoneun jeomjeom
Nareul dalmagamnida
Duriseo gireul georeul ttae
Jom deo hal eoullige
Baeryeohaejun geomnida

Jeoeui geunyeoneun
Jeoreul neomu saranghamnida
Jeoeui geunyeoneun
Jega gajang meotjidago hamnida

Manhi yakhago
Da eoseolpeuge saraon nareul
Wae geuri johahago
Akkyeojuneunji moreumnida

Gakkeumeun monnan jega shirheoseo
Chakhan geunyeoreul tto ulligo
Jeodo ureotseumnida
Geureon jeoeui soneul butjabgo
Sum jugimyeo haejuneun mal
Jogeumsshik apeuro naagajago OH

Jega geunyeoreul
Gajang manhi saranghamnida
Je jashinboda
Geunyeoeui haengbogeul gidohamnida

Neomu yeppeuge
Nal baraboneun geunyeoreul wihae
Nae modeun salmeul bachyeo
Saranghal geoseul… gohamnida


             Translate

I feel like (her) falling in love with me
was like a misunderstanding
I am not the type of (good) man you think I am

She is that vibrant of a woman
Unsuited to be with a man like me
She is such a wonderful woman

That woman of mine, she loves me so deeply
That woman of mine,
she tells me that I am the world’s best man

Having lived a life of sorrow and struggle
We (now) love and protect each other

...this part i'm not sure-booyi...
Whenever you see me, with a bright smiles
I also watch blankly just try to laugh

She will like me more
When the two of us walk the streets
????
..................................

That woman of mine,
she loves me so deeply
That woman of mine,
she tells me that I am the world’s best man

Having lived a life of sorrow and struggle
We (now) love and protect each other

I sometimes dislike the me who is not worthy of you
When I make the kind and gentle her cry, I end up crying myself
Holding tightly to each other’s hand, taking a deep breath
Just want to live (my) entire life like this. Oh.

I love her so very much
Compared to myself,
I pray for her happiness.
When I look at her I am happy
I will sacrifice my life to love her,
this I do swear

from :
credit - ê³ ë§ˆì›Œìš”.. ~BooYi *
source - http://ragamuffinlyrics.blogspot.com/

Minggu, 12 Juni 2011

Lirik lagu Sunye-Maybe (Ost Dream High)

chagaun gaseumi oneuse jogeumssik
noga neryotna bwa niga deurowasso
geurigo nado molle
ne gaseumeul chewosso

onjenbutoin-ga jibe doraomyon
noreul tto-olligo itneun ne moseubeul
bomyonso ne mam soge niga itneun gol arasso

Maybe you're the one
Maybe ojjomyon
ojjomyon niga
nega gidarin banjjogin-gonji

Maybe it is true
onjena nomu
gakkai issoso
mollassonabwa
Baby I'm in love with you

choeumen mollasso nega nol irotge
tto-ollige dwel jul saranghage dwel jul
ni mamdo jebal iron ne maeumgwa gatgireul

Maybe you're the one
Maybe ojjomyon
ojjomyon niga
nega gidarin banjjogin-gonji

Maybe it is true
onjena nomu
gakkai issoso
mollassonabwa
Baby I'm in love with you

nomu neutjin anatgil
ijeya kkedareun ne mam badajugil
neutge aratjiman ijeya arajiman
i maeumeun jolde heundeulliji ana

Maybe you're the one
Maybe ojjomyon
ojjomyon niga
nega gidarin banjjogin-gonji

Maybe it is true
onjena nomu
gakkai issoso
mollassonabwa
Baby I'm in love with you

Baby, I'm in love with you
Baby, I'm in love with you
Baby, I'm in love with you
Baby, I'm in love with you

Jumat, 10 Juni 2011

Lirik lagu IU-someday (Ost Dream High)

Eonjengan i nunmuri meomchugil
Eonjengan i eodumi geodhigo
Ttaseuhan haetsari nunmureul mallyeojugil

Jichin nae moseubi
Jogeumsshik jigyeoweojineun geol neukkimmyeon
Da beorigo shipjyo
Himdeulge jikkyeoodeon kkumeul

Gajin geotbodaneun
Bujokhan geoshi neomunado manheun ge
Neukkyeojil ttaemada
Darie himi pullyeoseo na jujeoantjyo

Eonjengan i nunmuri meomchugil
Eonjengan i eodumi geodhigo
Ttaseuhan haetsari i nunmureul mallyeojugil

Gwaenchanheul georago
Nae seuseuroreul wirohamyeo beotineun
Haruharuuga nal jogeumsshik duryeobge mandeulgo Oh...

Nareul mideurago ...Oh..
Malhamyeonseodo midji mothaneun naneun
Ije eolmana deo
Orae beotil su isseul ji moreugesseoyo

Kidarimyeon eonjengan ogetji
Bami gireodo haeneun tteudeushi
Apeun nae gaseumdo eonjengan da natgetji

Nal ijen dowajugil
Haneuri jebal dowajugil
Na honjaseoman igyeonaegiga
Jeomjeom deo jashini eopseojyeoyo

Eonjengan i nunmuri meomchugil
Eonjengan i eodumi geodhigo
Ttaseuhan haetsari i nunmureul mallyeojugil
I nunmureul mallyeojugil

Kidarimyeon eonjengan ogetji
Bami gireodo haeneun tteudeushi
Apeun nae gaseumdo eonjengan da natgetji
Eonjengan da natgetji 
Eonjengan...
Eonjengan...

Kamis, 02 Juni 2011

Paper Toy

Kemaren aku dapet tugas komputer . Bikin  paper toy / dambo dari karton manila. Nah, awalnya sih disuruhnya bikin sesuai sama contohnya, tanpa pake program komputer. Tapi, kenyatannya banyak yang pakai bantuan adobe photoshop.  Walaupun ada yang pake komputer, aku sih bikin sendiri. Agak benyek deh jadinya. he.he Kali ini aku membuat paper toy perempuan. wwkw
Sebenarnya kemaren uda dapet gambaran mau bikin kayak gimana, tujuan aku bikin perempuan kan soalnya emang pengen didandanin. Pengen mengkreasikan baju dan celananya dia.
Tapi, entah kenapa bayangan sama hasilnya beda. Alhasil, beginilah jadinya. Gak rapi dan aneh ya kayaknya. wkwkwk
                                                                 
                                                                           Kepalanya ^^

rangkanya



bagian - bagiannya




photo session






my lovely paper toy : yucuu.. ^^



Rabu, 01 Juni 2011

2 IPS

Woo.. Finally, after long.. long.. day, i have finished all my final exam. And now, i'm feel free. Next week, i will get my report and sadly i must say good bye to my old class in 2 IPS. But I will move to my new class..
Gak kerasa, awalnya sebel masuk IPS. Kayaknya gimana gituu.. Tapi setelah dirasain ternyata gak segitunya juga kok. IPS emang gak sesusah IPA di bidang itung-itungan. Tapi semua itu pasti balance lah, ada kekurangan dan kelebihannya juga..
Pokoknya gak kerasa deh uda mau naik kelas ^^


Foto perpisahan dengan buku-buku kelas 2
.




^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^